Artificial Intelligence, Sudah Sejauh Mana Kita ?



Apa yang kita pikirkan ketika mendengar frasa artificial intelligence ?

Banyak film populer yang mengusung tema artificial intelligence atau kecerdasan buatan (selanjutnya disebut AI), yang akhirnya membuat AI menjadi frasa yang cukup akrab bagi orang banyak. Film-film seperti The Matrix, Terminators, Her, Wall-E dan banyak film lainnya mengangkat atau setidaknya menyinggung konsep AI. Hal tersebut membuat AI menjadi terkesan fiksi bagi kita. Tetapi, apakah AI benar-benar nyata ? Lalu, sudah sejauh manakah perkembangan AI sekarang ?

Hal mendasar dari AI adalah menciptakan suatu mesin, khususnya sistem komputer, yang mampu meniru kemampuan dari kecerdasan manusia, seperti kemampuan untuk belajar dan menyelesaikan masalah.

Ada tiga tingkatan AI. Tingkatan yang pertama disebut dengan Artificial Narrow Intelligence atau ANI, tingkatan ini merupakan tingkatan yang paling rendah dari AI. Mesin di tingkatan ini mampu menyamai atau melebihi kemampuan manusia dalam satu aspek saja. Tingkatan yang kedua adalah Artificial General Intelligence atau AGI. AGI ini merujuk kepada mesin yang telah mampu menyamai level kecerdasan manusia dalam berbagai aspek. Tingkatan yang ketiga, yaitu tingkatan yang paling tinggi adalah Artificial Superintelligence atau ASI. Tingkatan ini terjadi ketika telah ada suatu mesin yang mempunyai kecerdasan jauh lebih tinggi dibandingkan kecerdasan manusia dalam segala aspek.

Lalu, sudah sejauh manakah perkembangan AI sekarang ?

Manusia sudah berhasil menciptakan ANI dalam berbagai aspek kecerdasan manusia, dan mesin ini sudah bisa kita temukan dimana-mana. Beberapa contoh dari ANI diantaranya adalah Google Map, Google Translate, Siri, Facebook’s Newsfeed, dan juga sudah merambah berbagai bidang seperti militer dan manufaktur.

ANI sudah terdapat dalam berbagai aspek kecerdasan manusia. Manusia sudah berhasil menciptakan mesin yang mampu menghitung perkalian bilangan berdigit banyak dengan cepat, manusia sudah berhasil menciptakan mesin yang bisa mengalahkan semua orang dalam permainan catur, menyelesaikan berbagai permasalahan yang kompleks seperti menerjemahkan kalimat dalam berbagai bahasa, dan berbagai kemampuan spesifik lainnya. 

Hal ini berarti tantangan selanjutnya bagi para ahli di bidang AI adalah menciptakan AGI. Nick Bostrom dalam bukunya yang berjudul Superintelligence, menyebutkan tantangan yang dihadapi manusia dalam mengembangkan AI dengan mengutip kalimat yang dikatakan oleh Donald Knuth, salah seorang computer scientist. Donald Knuth mengatakan “AI has by now succeeded in doing essentially everything that requires ‘thinking’ but has failed to do most of what people and animals do ‘without thinking’—that, somehow, is much harder!”. Jadi,  AI yang dikembangkan manusia sampai sekarang belum mampu melakukan hal yang dilakukan manusia tanpa “berpikir”, seperti membedakan mana ekspresi marah, sedih, kecewa, bangga, dan berbagai ekspresi lainnya, atau membedakan mana sungai dan mana danau.

Pada suatu titik dalam kehidupan manusia, manusia akan berhasil menciptakan mesin dengan kemampuan AGI, artinya manusia berhasil menciptakan mesin yang bisa menyamai atau melebihi kecerdasan manusia di setiap aspeknya. Satu hal yang harus disadari adalah kemajuan sains dan teknologi itu bertumbuh secara eksponensial, bukan linear, sehingga kita tidak akan menyadarinya sampai teknologi itu benar-benar hadir dalam kehidupan kita. Contohnya, hampir semua orang di tahun 90-an tidak memprediksi bahwa dalam 10 atau 20 tahun kedepan akan ada perubahan signifikan dalam berbagai aspek kehidupan mereka, yang disebabkan oleh kemajuan teknologi yang pesat dalam kurun waktu tersebut. Hal tersebut juga mungkin saja terjadi pada perkembangan AI.

Lalu, akankah ada titik dimana manusia berhasil menciptakan ASI atau Artificial Superintelligence ?

Para ahli berbeda pendapat mengenai hal tersebut. Jika memang suatu hari manusia sudah cukup pintar untuk menciptakan ASI, hal yang menjadi pertanyaan adalah bagaimana ASI mempengaruhi kehidupan manusia dalam berbagai aspek kehidupan mereka, atau apakah ASI akan memberikan pengaruh baik atau buruk bagi umat manusia. Itu adalah pertanyaan yang masih menjadi perdebatan sampai sekarang. Satu hal yang pasti, mesin dengan kemampuan Superintelligence akan mempunyai kecerdasan yang jauh melebihi kecerdasan manusia dan akan mempengaruhi berbagai aspek kehidupan manusia. Dan akan sulit bagi manusia untuk membayangkan seberapa cerdas dan berdampaknya kehadiran ASI, hingga sampailah keadaan ketika ASI telah benar-benar hadir di kehidupan umat manusia, jika memang manusia mampu menciptakannya.



Bandung, 12 Agustus 2016
Muhammad Fauzan Al Ghifary

Referensi :
Superintelligence: Paths, Dangers, Strategies by Nick Bostrom
http://www.wsj.com/articles/whats-next-for-artificial-intelligence-1465827619

P.S. : Tulisan ini dibuat untuk mengisi rubrik iptek di koran Ganeca Pos edisi Agustus 2016 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar