Ada suatu kabar yang harus disampaikan ke tiap-tiap orang.
Koran-koran mengabarkannya di tiap-tiap halaman yang mereka cetak. Televisi
sibuk menyiarkannya sepanjang malam. Pamflet-pamflet disebar ke tiap-tiap
rumah. Satu demi satu media mengabarkan : Liburan telah usai.
Tiap-tiap orang mempunyai pemaknaannya masing-masing. Dan
ada sekelompok orang yang sibuk mengemas apa-apa yang bisa mereka kemas. Itu
adalah mereka : Orang-orang yang akan kembali ke perantauan.
Mereka, orang-orang yang akan kembali ke perantuan, sibuk
mengucapkan selamat tinggal pada apa-apa yang masih dan akan terus tertanam di
sana. Mereka mengucapkan selamat tinggal pada trotoar-trotoar jalanan di
kampung halaman, pada kerlap-kerlip lampu taman di alun-alun kota, pada
jendela-jendela kelas di sekolah yang dulu, juga kepada kehangatan teras depan
rumah ketika mereka bersama orang-orang terkasih asyik membincangkan
rencana-rencana untuk liburan yang selanjutnya.
Mereka, orang-orang yang akan kembali ke perantauan,
bersiap mengucapkan Hai pada tiap-tiap hal yang akan mereka temui kembali di
perantauan. Mereka akan mengucapkan Hai pada gedung-gedung tua perkuliahan,
pada diktat-diktat yang entah setebal apa, pada ramainya selasar-selasar dan
koridor-koridor, juga pada secangkir kopi di malam hari menjelang pagi.
Mereka, orang-orang yang akan kembali ke perantauan, akan
memenuhi kereta-kereta, bus-bus, pesawat-pesawat, atau apapun yang bisa
memuaskan mereka. Dan dalam perjalanan seperti itu, seringnya terbayang
hari-hari yang telah lalu, dulu sekali, di kampung halaman.
Mereka boleh jadi akan mengalami perjalanan yang seringnya
menjadi sangat-sangat sentimental bagi mereka, menyentuh sudut-sudut paling
melankolis dalam diri mereka.
Mereka, orang-orang yang akan kembali ke perantauan,
mengenggam satu kotak, dua kotak, berpuluh-puluh kotak, atau sebanyak-banyaknya
kotak yang bisa mereka genggam. Itu adalah kotak demi kotak doa yang dititipkan
tiap-tiap orang yang mereka kenal.
Rumah dan kampung halaman barangkali memang selalu
menawarkan senyaman-nyamannya kenyamanan yang bisa mereka rasakan. Tetapi
mereka tetaplah harus pergi, tidak boleh tidak. Mereka benar-benar harus
kembali ke perantauan.
Sebab, ada mimpi-mimpi yang harus mereka wujudkan.
Cileunyi, di elf Cirebon-Bandung, 17 Juli 2016
Muhammad Fauzan Al Ghifary
Tidak ada komentar:
Posting Komentar